Permen Kembalian
Aku ini tidak begitu suka dengan permen, makan bila butuh.
Butuh? wellll.
Akhir-akhir ini setiap belanja di supermarket/minimarket, bila tidak punya kembalian selalu diganti permen, bahkan walaupun ada recehan/uang koin, misalnya kembalian Rp 400,- diberi koin Rp 200,- satu dan sisanya permen.
Kalau permennya bagus, dari merek terkenal, dan nilainya setara sih ok-ok saja, tapi bila tidak, yah... terpaksa legawa deh...
Dan yang bikin RESAH adalah kasus permen berformalin, karena permen kembaliannya itu tidak tercantum kode produksi, siapa pabriknya, dannnnnn kadaluarsanya? Ah, entahlah, jadi menumpuk banyak di rumah. Mau dibuang kok rasanya eman.
Butuh? wellll.
Akhir-akhir ini setiap belanja di supermarket/minimarket, bila tidak punya kembalian selalu diganti permen, bahkan walaupun ada recehan/uang koin, misalnya kembalian Rp 400,- diberi koin Rp 200,- satu dan sisanya permen.
Kalau permennya bagus, dari merek terkenal, dan nilainya setara sih ok-ok saja, tapi bila tidak, yah... terpaksa legawa deh...
Dan yang bikin RESAH adalah kasus permen berformalin, karena permen kembaliannya itu tidak tercantum kode produksi, siapa pabriknya, dannnnnn kadaluarsanya? Ah, entahlah, jadi menumpuk banyak di rumah. Mau dibuang kok rasanya eman.


0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home